LENTERA KEHIDUPAN

Rabu, 04 November 2020

MENILIK TEMPAT TEMPAT SEJARAH DESA SOOKO PONOROGO

Menilik Tempat Sejarah SOOKO PONOROGO


Desa Sooko merupakan salah satu desa di kecamatan Sooko Kabupaten Ponorogo. Desa ini perekonomian masyarakatnya  ditopang oleh sektor industri rumah tangga, pertanian, perkebunan dan hutan rakyat. Selain kekayaan alam, tempat-tempat bersejarah juga banya ditemukan di desa ini dan menjadi salah satu cikal bakal berdirinya Desa Sooko. Diantara tempat sejarah yang ada di Desa Sooko antara lain yaitu Goa Lawa Sooko, Sumber Jowo (sumber mata air yang tak pernah surut dan terus mengalir), Sumber Sooko (punden petilasan Raden Mas Bagus Jlitheng).


1. Goa Lawa Sooko Ponorogo

Goa Lawa Sooko Ponorogo
Goa Lawa Sooko Ponorogo

Goa Lawa Sooko Ponorogo
Keindahan dari dalam Goa

Goa Lawa Sooko Ponorogo
Pesona dari dalam Goa

Goa Lawa Sooko Ponorogo
Pintu masuk Goa Lawa Sooko Ponorogo

Goa Lawa Sooko Ponorogo
Nampak dari depan Goa Lawa Sooko

Goa Lawa Sooko Ponorogo

Goa Lawa Sooko Ponorogo
Goa Lawa Sooko Ponorogo

Untuk lebih jelasnya tentang Goa Lawa Sooko bisa melihat video berikut ini:
https://youtu.be/-VLNwlQrXmg


2. Sumber Sooko Ponorogo

Sumber Sooko
Petilasan Taman Punden Raden Mas Bagus Jlitheng Sumber Sooko


Sumber Sooko Ponorogo
Sumber Sooko Ponorogo

Sumber Sooko Ponorogo

Untuk lebih jelasnya tentang Petilasan Taman Punden Raden Mas Bagus Jlitheng bisa melihat video berikut ini:  https://youtu.be/ISKHFe7cg8w


3. Sumber Jowo Sooko Ponorogo
Sumber Jowo Sooko Ponorogo
Sumber Jowo

Sumber Jowo Sooko Ponorogo
Sumber Jowo

Sumber Jowo Sooko Ponorogo
Sumber Jowo

Sumber Jowo Sooko Ponorogo
Sumber Jowo


#TempatSejarahDesaSookoPonorogo
#GoaLawaSookoPonorogo
#SumberSooko
#SumberJowo





Jumat, 15 Mei 2020

WEDANG PITUWUH | Wedang Uwuh 7 Rupa

Wedang Pituwuh: Wedang Uwuh 7 Rupa

Wedang Uwuh
Wedang Pituwuh (uwuh)

Wedang Pituwuh atau lebih populer disebut dengan Wedang Uwuh merupakan minuman dengan rempah-rempah tradisional sebagai bahan bakunya. Wedang Pituwuh sendiri berasal dari kata "wedang" yang artinya minuman dan kata Pituwuh berasal dari dua kata yaitu "pitu" yang artinya tujuh dan kata "uwuh" yang artinya sampah. Jadi Wedang Pituwuh (uwuh) mempunyai arti minuman yang memiliki komposisi tujuh rupa bahan rempah-rempah tradisional yang dicacah kecil yang terlihat menyerupai sampah.

Pertama kalinya mendengar kata uwuh pastinya langsung berasumsi bahwa Wedang Uwuh berasal dari bahan sampah. Nahh, sekarang asumsi itu harus dihilangkan karena bahan yang terdapat dalam Wedang Uwuh merupakan rempah-rempah tradisional asli yang kaya manfaat.

Wedang Uwuh
Rempah-rempah tradisional

Wedang Uwuh sendiri merupakan minuman asli Daerah Istimewa Jogjakarta khususnya banyak ditemui di Daerah Imogiri Kabupaten Bantul. Komposisi di dalam Wedang Uwuh diantaranya Temu Lawak, Serai, Kayu Manis, Jahe, Cengkeh, Kapulaga, Secang, dan ditambah dengan Gula Batu. Sekarang seiring di era-modernitas Wedang Uwuh terus berinovasi. Dalam pengemasannya sekarang sudah dalam bentuk instan sehingga dapat langsung untuk diseduh.

Dibalik manfaatnya, ternyata Wedang Uwuh memiliki sejarah bagaimana pertama kalinya diberi nama Wedang Uwuh yaitu sejak jaman kerajaan Mataram pada saat Raja Sultan Agung.


Cara membuat Wedang Uwuh:
Pertama rebus air hingga mendidih, siapkan gelas besar untuk 1 sachet Wedang Uwuh. Masukkan 1 sachet yang berisi rempah-rempah tradisional kedalam gelas yang sudah disiapkan. Selanjutnya tuangkan air mendidih yang telah direbus, aduk sebentar kemudian tunggu 1 sampai 3 menit hingga Wedang Uwuh terlihat warna merah, warna merah sendiri merupakan warna asli dari kayu secang. Setelah itu aroma rempah yang khas sudah membumbung dan tercium, Wedang Uwuh pun siap untuk dinikmati.

Wedang Uwuh
Wedang Pituwuh (uwuh)


Manfaat Wedang Uwuh
Wedang Uwuh sendiri memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan tubuh, antara lain:
•Dapat menghangatkan tubuh
•Mengurangi kolesterol
•Antioksidan alami yang berasal dari jahe
•Memperlancar sirkulasi darah
•Menambah nafsu makan
•Meningkatkan sistem imunitas (daya tahan tubuh)

Wedang Uwuh
Wedang Pituwuh (uwuh)


Dengan harga  yang sangat terjangkau yaitu 1 sachet  kecil hanya Rp. 5.000,. kita dapat menikmati hangatnya Wedang Uwuh yang kaya akan manfaatnya. Tunggu apalagi, selamat mencoba sebagai alternatif kesehatan tubuh Anda.

Minggu, 05 April 2020

PANTAI WATU KALONG PACITAN

PESONA PANTAI WATU KALONG PACITAN

Pantai Watu Kalong Pacitan
Image: Pantai Watu Kalong Pacitan



Tonton Video Pesona Pantai Watu Kalong Pacitan di sini📲⏬

Video: Pantai Watu Kalong Pacitan


#PesonaPantaiWatuKalong
#PantaiWatuKalongPacitan
#PantaiPacitan
#TravellerPacitan
#PesonaIndonesia
#WonderfulIndonesia

Selasa, 31 Desember 2019

PUISI KESEPULUH

PUISI KESEPULUH

dokpri || kesepuluh bukan keluh


Malam adalah kedamaian tuk olah pikir dan jiwa.
Akupun ditemani penggoda kehangatan secangkir kopi AA.
Aromanya menyandingku dengan penuh rasa.
Heningnya malam kan mengetukku meramu aroma sastra.
Mengolah gerak jadi kata penuh makna itu seperti Pelayaran diluasnya samudera.
Terpaan badai, angin, gelombang adalah kekuatan tersirat tiap denyut nadi goresnya.
Kau dan Aku tahu, puisi kesepuluh itu selaksa perahu pelayaran kan tiba di dermaga cita.
Kaulah penunggu ditepi selaras memikat disetiap katanya.
Aku bersamamu  pasti menulis puisi terakhir itu.
Ahhh, akhirnya selesai juga.
Bagaimana denganmu?


Bumi Reog
Kota Lumpia
Selasa, 31 Desember 2019

Kamis, 28 November 2019

Gua Lawa Sampung Sebagai Situs Purbakala Dengan Segudang Sejarah


*MENGGALI SEJARAH SITUS PURBAKALA GUA LAWA SAMPUNG*

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Kiri: Ahmad Sofyan.Tengah: Bpk. Rokhim Juru Kunci Situs Purbakala Gua Lawa Sampung. Kanan: Adi Supriyanto)

Gua Lawa Sampung merupakan salah satu situs sejarah yang berada di Kabupaten Ponorogo lebih tepatnya di Dukuh Boworejo Desa Sampung Kecamatan Sampung. Bisa di tempuh dari pusat Kota Ponorogo kurang lebih setengah jam perjalanan ke arah barat. Pada zaman dahulu dalam Situs Purbakala Gua Lawa Sampung  di tempati oleh manusia purba (zaman mesolithikum) dan situs ini langsung berada dibawah Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Trowulan selain situs Gunung Srandil, Makam Bathara Katong, dan Masjid Tegalsari yang berada di Bumi Reog.

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Penjelasan dari Bpk. Rokhim Juru Kunci Situs Purbakala  Gua Lawa Sampung)

Situs Purbakala Gua Lawa Sampung ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Van Stein Callenfels  yang merupakan seorang peneliti dari Belanda dalam penelitiannya di Gua Lawa Sampung pada tahun 1928 pada waktu itu dilakukan penggalian pertama. Selanjutnya penggalian dilakukan sekitar pada tahun 2002, 2003, 2004, dan tahun 2008. Dan kalau kita melihat di media masa ada penggalian lagi pada tahun 2019. 


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Penjelasan dari Bpk. Rokhim Juru Kunci Situs Purbakala Gua Lawa Sampung)

Fosil yang ditemukan di Situs Purbakala Gua Lawa Sampung adalah tulang manusia purba pada zaman mesolithikum. Selain itu, di tempat tersebut juga terdapat penemuan alat-alat diantaranya ujung anak panah, flakes, dan kapak yang semua alat tersebut terbuat dari batu tetapi sebagian juga dari tulang hewan. Sekarang alat dari batu maupun dari tulang berada di Museum Trowulan.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Nampak Gua Lawa dari depan)


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Nampak Gua Lawa dari depan)

Lebar Gua Lawa Sampung ini sekitar 17-18 meter sedangkan ketinggian dari Gua Lawa sekitar 14 meter. Selanjutnya untuk luas halaman dari situs Purbakala Gua Lawa Sampung sekitar 50X40 meter. Dalam situs purbakala ini sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian dari Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Trowulan dan dari Jakarta. Untuk kalangan mahasiswa hanya menggali untuk mengetahui nilai sejarah yang berada di Gua Lawa Sampung.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Pengunjung yang sering datang kesini kebanyakan dari wisatawan lokal daerah, biasanya anak-anak ataupun orang dewasa. Untuk anak anak di sekitar Sampung sendiri biasanya sambil bersepeda barsama sama (rombongan) sekaligus mengisi liburan dengan melihat pesona keindahan alam serta sejarah dari Situs Purbakala Gua Lawa Sampung. Sedangkan untuk pengunjung dari luar kota yakni mahasiswa dari Malang, hampir setiap tahun mampir kesini setelah mereka dari Solo.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung
(Nampak jalan menuju ke Gua Lawa Sampung)


Jalan masuk menuju ke lokasi Gua Lawa Sampung sekitar 1 KM dari jalan raya Sampung,  jalannya berupa tanah dengan melewati teduhnya hutan jati milik Perhutani. Kalau musim kemarau jalanannya banyak daun jati kering yang jatuh berserakan sedangkan pada musim penghujan jalanannya licin (jemek) sehingga sulit untuk di lalui oleh para pengunjung yang transportasi roda dua.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Nampak dari salah satu sudut Gua Lawa Sampung)

Karena memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, banyak kegiatan ritual yang dilakukan di Gua Lawa Sampung tepatnya pada waktu zaman nenek moyang terdahulu. Walaupun era modernitas telah berkembang pesat warga sekitar tak lupa akan nilai-nilai sejarah yang berada di situs purbakala tersebut. "Mereka melakukan kirim doa, tidak menyembah gua tersebut. Intinya mereka berdoa kepada Allah SWT dan mendoakan orang yang babat di Gua Lawa Sampung". ujar Bapak. Rokhim dari salah satu pemaparannya.

Masyarakat sekitar sendiri sangat bangga dengan adanya situs purbakala tersebut, selain itu warga sekitar juga melakukan kegiatan di Gua Lawa Sampung untuk melestarikan (nguri-nguri budaya). Tetapi dari Dinas Pariwisata sendiri hanya mengetahui situs purbakala ini dan belum mampu mengembangkan salah satu situs sejarah yang berada di Kabupaten Ponorogo tersebut.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Apa yang telah di katakan oleh pendiri bangsa ini Ir. Soekarno "Berikan aku seribu orang tua maka akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia". Dari pesan suci tersebut. Sebagai generasi penerus selayaknya kita semua mampu mencintai, melestarikan dan menjaga nilai-nilai sejarah bangsa ini, khususnya situs purbakala Gua Lawa Sampung agar tidak lenyap oleh keganasan modernitas.

Narasumber:
Bapak. Rokhim Juru Kunci Gua Lawa Sampung.

Penggali Sejarah:
1. Ahmad Sofyan.
2. Adi Supriyanto.

#Gua Lawa Sampung
#Abris Sous Roche
#Zaman Mesolithikum
#Sampung Ponorogo


Sabtu, 23 November 2019

PUISI || LAWANG SEWU


LAWANG SEWU

Lawang Sewu Semarang

Lawang Sewu engkaulah bagai artefak cintaku.
Menemani dalam tiap rindumu dalam senarai yang mampu menusuk rasa keteguhan dalam dekapan hati ku.
Paku bumi berdiri kokoh menopang tiap padu padannya.
Tiap tembok terukir secarik romantisme kesucian sejarah kau ku.
Mengharumkan perjalanan kehidupan bagi para pecintanya.

Seribu Lawang berjajar rapi selaksa prajurit melaksanakan upacara tuk menyambut raja dan permaisurinya.
Beriringan berjalan menuju ketempat penghormatan.
Lewat Cahaya senja yang  menembus suasana dan mampu membuka sebuah perjalanan memasuki singgasana kehidupan.
Itulah kau dan aku.
Dalam ikatan suci AKU dan KAU di KUA nantinya.

#Lawang Sewu_Kota Lumpia_Central of Java

Sabtu, 16 November 2019

GAJAH GAJAHAN, SENI TRADISIONAL KHAS PONOROGO

GAJAH GAJAHAN


Gajah gajahan merupakan seni tradisional yang berasal dari Kabupaten Ponorogo. Dalam pertunjukannya biasanya pada saat orang mempunyai hajat kemudian menanggap Gajah gajahan. Pada saat pertunjukan diiringi dengan alat musik tradisional diantaranya bedug, kendang, saron, kentongan, dan kecer. Berlangsungnya acara juga diiringi dengan sholawat. Tidak ada aturan ataupun pakem yang melekat dalam kesenian Gajah gajahan, namun sesuai dengan kondisi dari tim atau kelompok sendiri. Selain itu Gajah gajahan sebagai seni yang menghibur bagi masyarakat juga sebagai ukhuwah untuk mempererat tali persaudaraan.

Dalam memainkannya kesenian tersebut dilakukan oleh dua orang yang menggerakkan Gajah gajahan, namun pada saat ini ada inovasi dengan menggantinya dengan roda pada bagian depan sehingga hanya satu yang memainkan yaitu dibelakang. Pada saat iring iringan, ada anak anak yang menaiki Gajah gajahan sambil menari yang di rias seperti penari jathil pada kesenian reog. Para pemain dalam tim atau kelompok Gajah gajahan menggunakan pakaian hitam atau  kurang lebih seperti seperti penadon dalam kesenian Reog Ponorogo. Pertunjukan ini biasanya dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dengan mengelilingi lingkungan yang mempunyai hajat. Saat iring iringan para tim dari Gajah gajahan dan masyarakat ikut berjoget mengikuti dibelakangnya. Dengan iringan musik tradisional membuat para penikmatnya terbawa oleh kekhasan dari seni Gajah gajahan.


Gajah gajahan di era modern ini mulai luntur dan sulit di temui karena berbagai alasan, mulai dari kepengurusan, kaderisasi, dan kurang tertariknya generasi muda dalam melestarikan budaya. Oleh karena itu,  sebagai generasi penerus seyogyanya kita semua senantiasa menjaga dan ikut serta dalam melestarikan budaya leluhur. pna/as/16/11/19

Rabu, 13 November 2019

KULINER | "NASI PECEL PONOROGO"


*NASI PECEL PONOROGO*

image: dokpri
Ponorogo, merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang identik dengan kesenian reognya. Namun, juga menyuguhkan segudang kuliner pagi para pecinta kuliner, antara lain yang tidak kalah populer adalah nasi pecel.  Nasi pecel merupakan makanan khas Jawa Timur khususnya di daerah Ponorogo dan sekitarnya. Hampir di semua penjuru bumi reog tersebar warung yang menjajakan nasi pecel.


Penyajian Nasi Pecel (dokpri)

Dalam penyajiannya nasi pecel tidak hanya menggunakan piring sebagai wadah, tapi masyarakat lebih suka menggunakan bungkus daun jati ataupun dari daun pisang karena masih alami dan mempengaruhi cita rasanya. Nasi pecel sendiri terdiri dari nasi yang di tumpangi dengan berbagai macam sayur mayur, antara lain toege, kecambah, petai cina, mentimun, daun kemangi, daun pepaya, keningkir, daun turi, daun singkong, dsb. Setelah itu di di balut dengan sambal kacang atau pecel. Bagi para penikmat kuliner bisa memilih lauk yang telah disediakan. Tempe, rempeyek, kerupuk, piya piya, tahu isi, maupun geneman menjadi salah satu pilihan dalam menikmatinya.

Nasi pecel tak terlekang oleh tempat dan waktu bagi penikmatnya, walaupun arus modernitas telah memunculkan kuliner yang baru. Ciri khas akan cita rasanya telah tertancap dalam lidah pecinta kuliner dan membudayanya di masyarakat, nasi pecel masih eksis untuk dinikmati di setiap suasana, waktu, dan tempat.

#kuiner
#NasiPecelPonorogo
#as_11/13/19

PUISI | "KOTA DI TENGAH KEBUN"


KOTA DI TENGAH KEBUN

image:dokpri

Titik nadi kehidupan
Cahaya para insan menggapai sebongkah juang

Kehidupan di tengah kebun bagai penjara oleh jarak dan waktu.
Jalan Sirtu berlika liku akan waktu tak kunjung redu.
Aku tahu, balutan debu pun selalu  menghampiri bagai sahabat tak henti.

Pertama menilik tali persedarahan.
Tibalah kota di tengah kebun.
rona detak penghidupan berpadu dalam kemajemukan 
rinduku menyambut dalam kehangatan jiwa .
Tuk bersua bercengkrama melebur jadi satu.
Tentang kehangatan darah persetalian.


#as. TT_TJB

Minggu, 03 November 2019

PUISI | PANANGGUNGAN

*PANANGGUNGAN*


Pananggungan bagi kita adalah tanggungjawab
Keteguhan sang pemimpi bergulat dalam jiwa.
Rasa gigih jadi pemantik gapai setapak tangga ikatan.
Peta pendakian senada arah puncak perjuangan.
Senang susah duka lara kan jadi ramuan kehidupan

Kau aku cita itu selaksa ketangguhan Gunung Pananggungan.
Engkau Menjulang tinggi mengkokohkan diri.
Penuh teka teki
Kemistisanpun mengiringi rona keindahannya, bak cerita kami yang telah meramu menjadi kekuatan cinta.
Sepenanggungan di Pananggungan kan jadi tanggungjawab.

#as/03/11/19_Pananggungan

Rabu, 23 Oktober 2019

PUISI | "KEHANGATAN KOPI"



*KEHANGATAN KOPI*

(Image: dokpri)

Kehangatan kopi bersedu dengan keharuman.

Aroma membumbung tinggi bak asap pabrik gula pagotan. 

Aku seruput lewat pinggir cangkir gelasku.

Kenikmatanpun terasa, mengobati kemurungan hati yang tak kunjung sirna.

Aku dan kau pasti tahu, sepahit pahitnya kehidupan pasti ada setetes kemanisan.




Mangunan, 23/10/2019


Sabtu, 31 Agustus 2019

BULAN MUHARRAM (MALAM SATU SYURO) DALAM BINGKAI TRADISI MAPAK TANGGAL



"MAPAK TANGGAL"

(doc pribadi)


Mapak Tanggal, mungkin sebagian orang masih awam mendengar hal tersebut. Mapak Tanggal sendiri yaitu memperingati Bulan Muharram (tahun baru Islam) dan atau disebut juga malam satu suro (masyarakat Jawa). Bulan Muharram sendiri merupakan salah satu bulan dalam penanggalan islam dan merupakan salah satu dari 4 bulan (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab) yang dimuliakan oleh Allah SWT selain "bulan ramadhan". Dan jangan lupa! kita setelah Shalat Ashar dianjurkan membaca doa akhir tahun dan setelah Shalat Maghrib membaca doa awal tahun.

Dalam tradisi Mapak Tanggal biasanya orang Jawa membuat takir yang bersisi nasi kuning beserta macam-macam lauk didalamnya (masih banyak lagi tradisi yang dilakukan di bulan muharram). Takir sendiri biasanya di bawa ke mushola atau masjid untuk disajikan dan di do'akan setelah shalat Maghrib. 

Sebagai orang Islam  sepantasnya kita menjunjung  dan menjaga tradisi. Di mana para wali terdahulu (walisongo) menyebarkan agama Islam dengan kultur budaya dan agama membaur menjadi satu. Tradisi Mapak Tanggal juga sebagai wujud rasa syukur atas dipertemukannya tahun baru islam dan ajang untuk introspeksi diri apa yang sudah kita lakukan di tahun sebelumnya serta membuka lembaran baru guna menapaki perjalanan di tahun depan yang lebih baik. (pna/ahmadsofyan)

#Tahun Baru Islam
#Suronan

Senin, 26 Agustus 2019

Dukuh. Pilang RT 01/RW 04 Desa. Tulung Kec. Sampung || Semangat Kebersamaan Menuju SDM Unggul Indonesia Maju


*SEMANGAT KEBERSAMAAN MENUJU SDM UNGGUL INDONESIA MAJU*

(doc. warga RT 01/RW 04 Dkh. Pilang)

"Tujuh belas agustus tahun empat lima, Itulah hari kemerdekaan kita". Ya, sepenggal lagu nasional ciptaan H. Mutahar ini sudah pasti sering di dengar dari mulai anak-anak hingga orang dewasa. Suasana kemerdekaan sangat tertancap kuat di bulan agustus ini. Sebagai pemuda seyogyanya kita syukuri atas kemerdekaan Indonesia ke 74 tahun ini dengan semangat kebersamaan, yaitu (REMAS) Remaja Musholla Al Mustaqim RT 01/RW 04 Dkh. Pilang Ds. Tulung Kec. Sampung dengan mengadakan perlombaaan 17 an. Perlombaan tersebut khusus warga RT 01 Dkh. Pilang,  tepat pukul 13.30 wib nampak para warga berbondong bondong menuju pelataran musholla.

Sebelum perlombaan di mulai semua warga menyanyikan lagu Indonesia Raya dan lagu 17 Agustus 45 sebagai wujud rasa nasionalisme serta tak lupa doa di panjatkan untuk memperlancar jalannya perlombaan.

Perlombaan yang diadakan Hari Minggu, 25 Agustus 2019 di Pelataran musholla al Mustaqim di bagi menjadi 2 kategori.
Pertama, lomba anak-anak terdiri dari lomba kelereng dan memasukkan paku dalam botol. Tampak peserta sangat antusias mengikuti perlombaan tersebut. Suara sorak sorak menyemangati para peserta. Tampak wajah tegang para peserta, banyak kelereng yang jatuh ketika hampir finish.

(Lomba Kelereng- Tengah. Dika nampak tegang saat kelerengnya terjatuh)


(Memasukkan paku dalam botol)

Kedua, lomba dewasa yang di ikuti oleh bapak-bapak dan ibu-ibu. Dalam perlombaan ini terdiri dari dua jenis perlombaan. Khusus untuk ibu ibu lomba rebutan kursi sambil joget di iringi dengan musik yang di ikuti 4 kelompok.


(Lomba rebutan kursi sambil joget)

Untuk bapak-bapak lomba makan kerupuk dengan tali di ikat di kaki. Tampak para bapak bapak kesulitan dalam lomba ini. Ketika kaki di angkat maka kerupuk ke bawah dan akan mudah untuk di makan begitu sebaliknya maka akan kesulitan.


(Lomba makan kerupuk)

Di akhir acara yaitu penyerahan hadiah perlombaan kepada para pemenang lomba.


(Penyerahan hadiah lomba anak-anak)

(Penyerahan hadiah lomba bapak bapak)

(Penyerahan hadiah lomba ibu ibu)


"Semoga acara ini dapat menjaga persatuan dan kerukunan khususnya kepada warga RT 01/RW 04. Besar harapan acara ini dapat tingkatkan dan dilaksanakan setiap tahunnya." ujar ketua Panitia M. Fikri Romdhoni. (Pna/ahmadsofyan)

#RT 01/RW 04 Dkh Pilang Ds. Tulung
#SDM Unggul✨👍 
#Indonesia Maju🇲🇨


Rabu, 14 Agustus 2019

PUISI | PERJALALAN

PERJALALAN
(doc.pribadiachsa)

ketika matahari menampakkan senyumnya, disitulah perjalalan dimulai.

Langkah roda kecil berjalan dengan balutan debu yang menyelimuti kami.

Pohon Sawit, Pinang, dan Pisang berjajar disepanjang jalan, hingga menyambut dengan kehangatan.

Tibalah di kota kecil penuh arti, dengan keberagaman di dalamnya.

Tentang arti keikhlasan, tanggung jawab dan perjuangan tuk meraih cita.

@KualaTungkal_TanJaB#18-07-19
(ahmadsofyan)