LENTERA KEHIDUPAN

Kamis, 28 November 2019

Gua Lawa Sampung Sebagai Situs Purbakala Dengan Segudang Sejarah


*MENGGALI SEJARAH SITUS PURBAKALA GUA LAWA SAMPUNG*

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Kiri: Ahmad Sofyan.Tengah: Bpk. Rokhim Juru Kunci Situs Purbakala Gua Lawa Sampung. Kanan: Adi Supriyanto)

Gua Lawa Sampung merupakan salah satu situs sejarah yang berada di Kabupaten Ponorogo lebih tepatnya di Dukuh Boworejo Desa Sampung Kecamatan Sampung. Bisa di tempuh dari pusat Kota Ponorogo kurang lebih setengah jam perjalanan ke arah barat. Pada zaman dahulu dalam Situs Purbakala Gua Lawa Sampung  di tempati oleh manusia purba (zaman mesolithikum) dan situs ini langsung berada dibawah Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Trowulan selain situs Gunung Srandil, Makam Bathara Katong, dan Masjid Tegalsari yang berada di Bumi Reog.

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Penjelasan dari Bpk. Rokhim Juru Kunci Situs Purbakala  Gua Lawa Sampung)

Situs Purbakala Gua Lawa Sampung ini pertama kali ditemukan oleh Dr. Van Stein Callenfels  yang merupakan seorang peneliti dari Belanda dalam penelitiannya di Gua Lawa Sampung pada tahun 1928 pada waktu itu dilakukan penggalian pertama. Selanjutnya penggalian dilakukan sekitar pada tahun 2002, 2003, 2004, dan tahun 2008. Dan kalau kita melihat di media masa ada penggalian lagi pada tahun 2019. 


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Penjelasan dari Bpk. Rokhim Juru Kunci Situs Purbakala Gua Lawa Sampung)

Fosil yang ditemukan di Situs Purbakala Gua Lawa Sampung adalah tulang manusia purba pada zaman mesolithikum. Selain itu, di tempat tersebut juga terdapat penemuan alat-alat diantaranya ujung anak panah, flakes, dan kapak yang semua alat tersebut terbuat dari batu tetapi sebagian juga dari tulang hewan. Sekarang alat dari batu maupun dari tulang berada di Museum Trowulan.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Nampak Gua Lawa dari depan)


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Nampak Gua Lawa dari depan)

Lebar Gua Lawa Sampung ini sekitar 17-18 meter sedangkan ketinggian dari Gua Lawa sekitar 14 meter. Selanjutnya untuk luas halaman dari situs Purbakala Gua Lawa Sampung sekitar 50X40 meter. Dalam situs purbakala ini sudah banyak peneliti yang melakukan penelitian dari Badan Pelestari Cagar Budaya (BPCB) Trowulan dan dari Jakarta. Untuk kalangan mahasiswa hanya menggali untuk mengetahui nilai sejarah yang berada di Gua Lawa Sampung.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Pengunjung yang sering datang kesini kebanyakan dari wisatawan lokal daerah, biasanya anak-anak ataupun orang dewasa. Untuk anak anak di sekitar Sampung sendiri biasanya sambil bersepeda barsama sama (rombongan) sekaligus mengisi liburan dengan melihat pesona keindahan alam serta sejarah dari Situs Purbakala Gua Lawa Sampung. Sedangkan untuk pengunjung dari luar kota yakni mahasiswa dari Malang, hampir setiap tahun mampir kesini setelah mereka dari Solo.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung
(Nampak jalan menuju ke Gua Lawa Sampung)


Jalan masuk menuju ke lokasi Gua Lawa Sampung sekitar 1 KM dari jalan raya Sampung,  jalannya berupa tanah dengan melewati teduhnya hutan jati milik Perhutani. Kalau musim kemarau jalanannya banyak daun jati kering yang jatuh berserakan sedangkan pada musim penghujan jalanannya licin (jemek) sehingga sulit untuk di lalui oleh para pengunjung yang transportasi roda dua.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

(Nampak dari salah satu sudut Gua Lawa Sampung)

Karena memiliki nilai sejarah yang cukup tinggi, banyak kegiatan ritual yang dilakukan di Gua Lawa Sampung tepatnya pada waktu zaman nenek moyang terdahulu. Walaupun era modernitas telah berkembang pesat warga sekitar tak lupa akan nilai-nilai sejarah yang berada di situs purbakala tersebut. "Mereka melakukan kirim doa, tidak menyembah gua tersebut. Intinya mereka berdoa kepada Allah SWT dan mendoakan orang yang babat di Gua Lawa Sampung". ujar Bapak. Rokhim dari salah satu pemaparannya.

Masyarakat sekitar sendiri sangat bangga dengan adanya situs purbakala tersebut, selain itu warga sekitar juga melakukan kegiatan di Gua Lawa Sampung untuk melestarikan (nguri-nguri budaya). Tetapi dari Dinas Pariwisata sendiri hanya mengetahui situs purbakala ini dan belum mampu mengembangkan salah satu situs sejarah yang berada di Kabupaten Ponorogo tersebut.


Menggali Sejarah Situs Purbakala Gua Lawa Sampung

Apa yang telah di katakan oleh pendiri bangsa ini Ir. Soekarno "Berikan aku seribu orang tua maka akan kucabut Semeru dari akarnya, berikan aku sepuluh pemuda maka akan kuguncangkan dunia". Dari pesan suci tersebut. Sebagai generasi penerus selayaknya kita semua mampu mencintai, melestarikan dan menjaga nilai-nilai sejarah bangsa ini, khususnya situs purbakala Gua Lawa Sampung agar tidak lenyap oleh keganasan modernitas.

Narasumber:
Bapak. Rokhim Juru Kunci Gua Lawa Sampung.

Penggali Sejarah:
1. Ahmad Sofyan.
2. Adi Supriyanto.

#Gua Lawa Sampung
#Abris Sous Roche
#Zaman Mesolithikum
#Sampung Ponorogo


Sabtu, 23 November 2019

PUISI || LAWANG SEWU


LAWANG SEWU

Lawang Sewu Semarang

Lawang Sewu engkaulah bagai artefak cintaku.
Menemani dalam tiap rindumu dalam senarai yang mampu menusuk rasa keteguhan dalam dekapan hati ku.
Paku bumi berdiri kokoh menopang tiap padu padannya.
Tiap tembok terukir secarik romantisme kesucian sejarah kau ku.
Mengharumkan perjalanan kehidupan bagi para pecintanya.

Seribu Lawang berjajar rapi selaksa prajurit melaksanakan upacara tuk menyambut raja dan permaisurinya.
Beriringan berjalan menuju ketempat penghormatan.
Lewat Cahaya senja yang  menembus suasana dan mampu membuka sebuah perjalanan memasuki singgasana kehidupan.
Itulah kau dan aku.
Dalam ikatan suci AKU dan KAU di KUA nantinya.

#Lawang Sewu_Kota Lumpia_Central of Java

Sabtu, 16 November 2019

GAJAH GAJAHAN, SENI TRADISIONAL KHAS PONOROGO

GAJAH GAJAHAN


Gajah gajahan merupakan seni tradisional yang berasal dari Kabupaten Ponorogo. Dalam pertunjukannya biasanya pada saat orang mempunyai hajat kemudian menanggap Gajah gajahan. Pada saat pertunjukan diiringi dengan alat musik tradisional diantaranya bedug, kendang, saron, kentongan, dan kecer. Berlangsungnya acara juga diiringi dengan sholawat. Tidak ada aturan ataupun pakem yang melekat dalam kesenian Gajah gajahan, namun sesuai dengan kondisi dari tim atau kelompok sendiri. Selain itu Gajah gajahan sebagai seni yang menghibur bagi masyarakat juga sebagai ukhuwah untuk mempererat tali persaudaraan.

Dalam memainkannya kesenian tersebut dilakukan oleh dua orang yang menggerakkan Gajah gajahan, namun pada saat ini ada inovasi dengan menggantinya dengan roda pada bagian depan sehingga hanya satu yang memainkan yaitu dibelakang. Pada saat iring iringan, ada anak anak yang menaiki Gajah gajahan sambil menari yang di rias seperti penari jathil pada kesenian reog. Para pemain dalam tim atau kelompok Gajah gajahan menggunakan pakaian hitam atau  kurang lebih seperti seperti penadon dalam kesenian Reog Ponorogo. Pertunjukan ini biasanya dilaksanakan selama kurang lebih 2 jam dengan mengelilingi lingkungan yang mempunyai hajat. Saat iring iringan para tim dari Gajah gajahan dan masyarakat ikut berjoget mengikuti dibelakangnya. Dengan iringan musik tradisional membuat para penikmatnya terbawa oleh kekhasan dari seni Gajah gajahan.


Gajah gajahan di era modern ini mulai luntur dan sulit di temui karena berbagai alasan, mulai dari kepengurusan, kaderisasi, dan kurang tertariknya generasi muda dalam melestarikan budaya. Oleh karena itu,  sebagai generasi penerus seyogyanya kita semua senantiasa menjaga dan ikut serta dalam melestarikan budaya leluhur. pna/as/16/11/19

Rabu, 13 November 2019

KULINER | "NASI PECEL PONOROGO"


*NASI PECEL PONOROGO*

image: dokpri
Ponorogo, merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang identik dengan kesenian reognya. Namun, juga menyuguhkan segudang kuliner pagi para pecinta kuliner, antara lain yang tidak kalah populer adalah nasi pecel.  Nasi pecel merupakan makanan khas Jawa Timur khususnya di daerah Ponorogo dan sekitarnya. Hampir di semua penjuru bumi reog tersebar warung yang menjajakan nasi pecel.


Penyajian Nasi Pecel (dokpri)

Dalam penyajiannya nasi pecel tidak hanya menggunakan piring sebagai wadah, tapi masyarakat lebih suka menggunakan bungkus daun jati ataupun dari daun pisang karena masih alami dan mempengaruhi cita rasanya. Nasi pecel sendiri terdiri dari nasi yang di tumpangi dengan berbagai macam sayur mayur, antara lain toege, kecambah, petai cina, mentimun, daun kemangi, daun pepaya, keningkir, daun turi, daun singkong, dsb. Setelah itu di di balut dengan sambal kacang atau pecel. Bagi para penikmat kuliner bisa memilih lauk yang telah disediakan. Tempe, rempeyek, kerupuk, piya piya, tahu isi, maupun geneman menjadi salah satu pilihan dalam menikmatinya.

Nasi pecel tak terlekang oleh tempat dan waktu bagi penikmatnya, walaupun arus modernitas telah memunculkan kuliner yang baru. Ciri khas akan cita rasanya telah tertancap dalam lidah pecinta kuliner dan membudayanya di masyarakat, nasi pecel masih eksis untuk dinikmati di setiap suasana, waktu, dan tempat.

#kuiner
#NasiPecelPonorogo
#as_11/13/19

PUISI | "KOTA DI TENGAH KEBUN"


KOTA DI TENGAH KEBUN

image:dokpri

Titik nadi kehidupan
Cahaya para insan menggapai sebongkah juang

Kehidupan di tengah kebun bagai penjara oleh jarak dan waktu.
Jalan Sirtu berlika liku akan waktu tak kunjung redu.
Aku tahu, balutan debu pun selalu  menghampiri bagai sahabat tak henti.

Pertama menilik tali persedarahan.
Tibalah kota di tengah kebun.
rona detak penghidupan berpadu dalam kemajemukan 
rinduku menyambut dalam kehangatan jiwa .
Tuk bersua bercengkrama melebur jadi satu.
Tentang kehangatan darah persetalian.


#as. TT_TJB

Minggu, 03 November 2019

PUISI | PANANGGUNGAN

*PANANGGUNGAN*


Pananggungan bagi kita adalah tanggungjawab
Keteguhan sang pemimpi bergulat dalam jiwa.
Rasa gigih jadi pemantik gapai setapak tangga ikatan.
Peta pendakian senada arah puncak perjuangan.
Senang susah duka lara kan jadi ramuan kehidupan

Kau aku cita itu selaksa ketangguhan Gunung Pananggungan.
Engkau Menjulang tinggi mengkokohkan diri.
Penuh teka teki
Kemistisanpun mengiringi rona keindahannya, bak cerita kami yang telah meramu menjadi kekuatan cinta.
Sepenanggungan di Pananggungan kan jadi tanggungjawab.

#as/03/11/19_Pananggungan